Minggu, 02 Februari 2014

contoh proposal Skripsi PGSD (Manajemen Kelas)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Pendidikan merupakan suatu hal yang kompleks, menyangkut banyak variable dan berdimensi luas. Pendidikan merupakan salah satu proses psikologi yang tidak lepas dari kegiatan belajar mengajar. Dalam perspektif mengajar, pelakunya adalah peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dan memposisikan guru sebagai pembimbing dan fasilitator selama proses belajarnya. Kegiatan belajar disekolah harus disertai dengan manajemen yang baik, bukan semata-mata kegiatan yang dilakukan tanpa persiapan dari guru. Bagian dari manajemen pembelajaran yang paling penting adalah menejemen kelas, dimana siswa menghabiskan waktu paling banyak disekolah.
H.K Wong dan R.T Wong (2009:106) berpendapat bahwa manajemen kelas mengacu pada semua hal yang dilakukan guru untuk mengorganisasikan siswa-siswa, waktu, dan ruang, dan bahan pelajaran agar pembelajaran siswa bisa terjadi dengan baik.
1
 
Pengaturan metode, strategi, dan kelengkapan dalam pengajaran adalah bagian dari kegiatan manajemen yang dilakukan oleh guru. Untuk mewujudkan manajemen kelas yang baik, lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu kelas harus dikelola secara baik karena merupakan inti untuk menciptakan iklim belajar yang baik.
MI Al-Islam PK merupakan salah satu sekolah swasta di Kartasura yang mampu mengembangkan potensi sekolah dengan terobosan-terobosan baru dalam dunia pendidikan, terbukti sudah adanya kemajuan dengan menyandang label PK beberapa tahun terakhir ini. Dengan perubahan-perubahan yang dilakukan dalam sistem pendidikanya sekolah ini mampu menjadi sekolah swasta yang masuk dalam kategori sekolah unggulan di Kartasura dan sekitarnya. Tentunya perubahan ini tidak lepas dari manajemen pembelajaran yang dilakukan guru baik didalam kelas maupun diluar kelas. Manajemen kelas merupakan bagian dari manajemen pembelajaran yang dilaksanakan.
Dilihat dari  sudut pandang tugas guru, pembelajaran akan menyangkut dua perangkat kegiatan yaitu mengajar dan manajemen. Kegiatan mengajar adalah untuk membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Berbagai contoh kegiatan mengajar adalah  mendiagnosis kebutuhan peserta didik, perencanaan pengajaran, penyajian informasi, mengajukan pertanyaan, dan menilai kemajuan peserta didik. Sedangkan kegiatan manajerial dimaksudkan untuk menciptakan dan memelihara kondisi yang memungkinkan pembelajaran berlangsung, dengan efektif dan efisien.
MI Al-Islam PK menunujukan bahwa ada kekhususan dalam sistem pendidikan didalamnya yang menawarkan keunggulan pada peserta didik. Dilihat dari perubahan ini tidak menolak persepsi masyarakat yang menganggap ada pula perubahan yang terjadi diruang kelas dimana guru berperan penting mengelola kelas sedemikian rupa selama kegiatan belajar mengajar.  Dapat dikatakan pula bahwa guru mendominasi pendidikan beserta kegiatan didalam kelas.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik meneliti MI Al-Islam PK Kartasura karena adanya perubahan yang signifikan disekolah ini yang mencakup perubahan keunggulan sekolah sehingga pantas menyandang label PK. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dituntut memiliki ketrampilan mengajar, strategi belajar mengajar yang tepat dan kemampuan melaksanakan evaluasi yang baik.
Dari penjelasan tersebut maka peneliti memilih judul tentang “Peran Guru dalam Manajemen Kelas ( studi kasus pada kelas bawah di MI Al-Islam PK kartasura tahun pelajaran 2013-2014)”.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka fokus penelitian tersebut adalah:
1.     Bagaiman peran guru dalam perencanaan manajemen kelas di MI Al-Islam PK Kartasura?
2.     Bagaiman peran guru dalam pelaksanaan manajemen kelas di MI Al-Islam PK Kartasura?
3.     Bagaiman peran guru dalam evaluasi manajemen kelas di MI Al-Islam PK Kartasura
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada fokus penelitian maka peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1.        Untuk mendeskripsikan peran guru dalam perencanaan manajemen kelas di MI Al-Islam PK.
2.        Untuk mendeskripsikan peran guru dalam pelaksanaan manajemen kelas di MI Al-Islam PK.
3.        Untuk mendeskripsikan peran guru dalam evaluasi manajemen kelas di MI Al-Islam PK.
D.    Manfaat Penelitian
Selain tujuan yang hendak dicapai, hasil penelitian ini mempunyai manfaat diantaranya adalah:
1.        Manfaat Teoritis: Menambah khasanah pengetahuan mengenai manajemen kelas, khususnya peran guru dalam manajemen kelas.
2.        Manfaat Praktis
a.      Bagi Kepala Sekolah: sebagai referensi tambahan mengenai manajemen kelas sehingga desain kelas dapat membuat siswa nyaman belajar.
b.     Bagi Guru: sebagai pengetahuan tambahan dalam melaksanakan manajemen kelas. Sehingga menjadi masukan jika ada kekurangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sekaligus dampak dari proses belajar yang dituju.
c.      Bagi Peneliti Selanjutnya: untuk menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya sekaligus sebagai pengetahuan bagi observer selanjutny


BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Kajian Teori
  1. Tinjauan Tentang Peran Guru
a.      Hakekat Profesi Guru
Profesi menurut Webster (Kunandar, 2010:45) mempunyai arti sebagai jabatan atau pekerjaan tertentu yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Sedangkan makna Profesionalisme dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan profesionalisme adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesi menunjukan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan khusus yang mendalam, seperti bidang hokum, militer, keperawatan, kpendidikan, dan sebagainya (Kunandar, 2010:45). Menurut Nana Sudjana (Kunandar:46) dalam hal ini profesi merupakan pekerjaan yang bersifat profesional artinya pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dialakukan oleh mereka karena tidak dapt memperoleh pekerjaan lain.
5
 
Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya (Kunanadar, 2010:47). Profesi bukan sutu pekerjaan yang dilakukan dengan asal, berdasrkan pendapat Mohammas Ali (Kunandar, 2010:47) suatu pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya ketrampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu yang mendalam, (2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai, (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan, (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Menurut Surya (Kunandar, 2010:47) guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Profesionalitas guru merupakan hal utama bagi keberhasilan suatu sistem pendidikan. Menurut Ibrahim Bafadal (Imam Wahyudi, 2012:101) gurur professional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisme yang dimaksud adalah satu proses yang bergerak dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketidakmatangan menjadi matang. Guru memiliki peran yang strategis dalam bidang pendidikan, bahkan sumber daya pendidikan lain yang memadai seringkali kurang berarti apabila tidak disertai dengan kualitas guru yang memadai (Imam Wahyudi, 2012:103).
Sama halnya dengan pendapat Rond Brant (Imam Wahyudi, 2012:103) yang mengemukakan bahwa semua usaha reformasi dibidang pendidikan seperti penerapan kurikulum dan penerapan metode pengajaran baru pada akhirnya tergantung kepada guru. Tanpa mereka usaha untuk mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka segala upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan mencapai hasil maksimal.
b.     Peran Guru di MI Al-Islam PK
Menurut Mujtahid (2010), guru memiliki peran yang bersifat multi fungsi. Ia mengemukakan bahwa guru berperan sebagai perancang, penggerak, evaluator, dan motivator dideskripsikan seperti berikut ini :
1)     Guru sebagai Perancang
Guru sebagai perangcang yaitu menyusun kegiatan akademik atau kurikulum dan pembelajaran, menyusun kegiatan kesiswaan, menyusun kebutuhan sarana prasarana dan mengestimasi sumber-sumber pembiayaan operasional sekolah, serta menjalin hubungan dengan orangtua, masyarakat, pemangku kepentingan dan instansi terkait.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa dan disiplin. Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dan pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan. Sedangkan disiplin dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional karena mereka bertugas unutk mendisiplinkan peserta didik didalam sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya.
3) Guru sebagai penggerak
Guru dikatakan sebagai penggerak, yaitu mobilisator yang mendorong dan menggerakkan system organisasi sekolah. Untuk melaksanakan fungsi – fungsi tersebut, seorang guru harus memiliiki kemampuan intelektual, misalnya mempunyai jiwa visioner, creator, peneliti, jiwa rasional, dan jiwa untuk maju. Kepribadian seperti luwes, wibawa, adil dan bijaksana juga jujur.
4) Guru sebagai Evaluator
Guru menjalankan fungsi sebagai evaluator, yaitu melakukan evaluasi atau penilaian terhadap aktivitas yang telah dikerjakan dalam system sekolah.
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes ataupun non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Selain menilai peserta didik, guru harus pula menilai dirinya sendiri baik sebagai perencana maupun penilai program pembelajaran. Oleh karena itu ia harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang penilaian program sebagai mana memahami penilaian hasil belajar
5) Guru sebagai Motivator
Motivasi merupakan penentu keberhasilan. Seorang guru memerankan diri sebagai motivator murid – muridnya. Guru sebagai motivator artinya guru sebagai pendorong siswa dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.
Uraian diatas menerangkan bahwa guru mempunyai peran yang dominan dalam tercapainya pembelajaran. Sebagaimana guru di MI Al-Islam PK, mereka sebagai manajer kelas mempunyai peran banyak untuk mendukung semangat belajar siswa sehingga dalam aktivitas belajar tidak ada kegiatan yang sia-sia diluar konteks pendidikan.
  1. Tinjauan Tentang Manajemen Kelas
a.      Definisi Manajemen
Menurut Salman Rusydie (2011:24) mengartikan manajemen berasal dari bahasa inggris management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Secara istilah yang dimaksud dengan manajemen adalah suatu proses pengawasan yang dilakukan terhadap semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Sementara pengertian yang bersifat umum adalah pengaturan atau penataan terhadap suatu kegiatan.
Kemudian Samino (2011:15), mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni dalam memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian serta bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
Manajemen merupakan suatu potensi yang harus dikembangkan setiap pendidik karena itu merupakan kunci tercapainya iklim kelas yang baik.
b.     Makna Kelas
Kelas adalah masyarakat mikro dengan latar belakang suku, agama, dan keturunan yang berbeda-beda, memiliki kebutuhan dan kepentingan yang saling bersebrangan. Aturan atau tata tertib, prosedur, hal-hal yang bersifat rutinitas merupakan bagian yang sangat penting dalam infrastruktur sekolah. Ruang kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, pertama: memperngaruhi proses belajar para siswa dalam menerima suatu pelajaran, dan kedua: memengaruhi guru dalam menyampaikan pelajaran (Syaifurrahman dan Tri Ujiati, 2013:107).
Sementara Salman Rusydie (2011:24) menyatakan bahwa yang dimaksud kelas adalah kelompok manusia yang melakukan kegiatan belajar bersama dengan mendapatkan pengajaran dari seorang guru. Sebagian pengamat yang lain mengartikan istilah kelas dalam dua pemaknaan. Pertama, kelas dalam arti sempit yaitu berupa ruangan khusus tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar-mengajar. Kedua, kelas dalam artian luas yaitu suatu masyarakat kecil yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar secara kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan uraian diatas menjelaska bahwa kelas bukan semata-mata benda mati yang disegel dengan dinding, melainkan mempunyai artian yang lebih ekplisit lagi yaitu berupa keadaan sosial didalamnya. Keadaan social yang dimaksud adalah adanya interaksi antar masyarakat kecil yang berupa siswa-siswi dalam rombongan belajar.
c.      Pengertian Manajemen Kelas
Menurut Jane Brophy (Vern Jones dan Louise Jones, 2012:16) mengemukakan definisi umum tentang manajemen kelas:
Manajemen kelas yang baik bukan hanya secara tidak langsung dapat bekerja sama dengan siswa dalam mengurangi perilaku menyimpang dan dapat menangani secara efektif ketika perilaku tersebut terjadi, tetapi juga menopang kegiatan akademik yang bermanfaat. Dan manajemen kelas merupakan sistem manajemen kelas sebagai suatu keseluruhan (termasuk tidak terbatas hanya intervensi disiplin guru) yang dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan siswa dalam aktivitas ini, jadi tidak sekadar mengurangi perilaku menyimpang.
Sementara menurut Salman Rusydie (2011:26) mendefinisikan manajemen kelas sebagai upaya memberdayagunakan potensi kelas. Berhubung kelas mempunyai fungsi dan peranan tertentu dalam menunjang keberhasilan proses edukatif, maka hal itu dapat memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar. Dalam hal ini, guru harus mampu mengelola situasi dan suasana kelas dengan sebaik-baiknya.
Menurutnya, manajemen kelas juga dapat ditinjau dalam dua hal, yaitu manajemen yang menyangkut keberadaan siswa dan manajemen yang menyangkut pengelolaan fisik, seperti ruangan, perabot, serta alat-alat pelajaran. Adapun pendekatan yang bisa dipakai dalam manajemen kelas:
1)     Pendekatan kekuasaan. Guru menekankan pada sikap konsisten guru untuk menjadikan norma atau aturan-aturan dalam kelas sebagai acuan untuk menegakan kedisiplinan.
2)     Pendekatan ancaman. Pendekatan ini hendaknya dilakukan dalam taraf kewajaran dan diusahakan untuk tidak melukai siswa.
3)     Pendekatan kebebasan. Pendekatan ini perlu dilakukan untuk memanajemen kelas dengan baik. Guru harus membantu siswa agar mereka merasa bebas mengerjakan sesuatu didalam kelas selama tidak menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan bersama.
4)     Pendekatan resep. Pendekatan ini berupa pembuatan ketentuan tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama pembelajaran, juga hal yang mereka sukai selama pembelajaran dan yang tidak mereka suka selama pembelajaran.
5)     Pendekatan pengajaran. Guru membuat perencanaan pengajaran dan menghindari pembelajaran yang diselenggarakan apa adanya, sehingga siswa terhindar dari kejenuhan.
6)     Pendekatan perubahan tingkah laku. Pengelolaan kelas dilakukan untuk mengubah tingkah laku siswa dalam kelas dari yang kurang baik menjadi baik.
7)     Pendekatan sosio-emosional. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang didasarkan pada terjalinya hubungan yang baik dengan siswa-siswinya.
8)     Pendekatan kerja Kelompok. Model ini membutuhkan kemampuan guru dalam menciptakan momentum yang dapat mendorong kelompok-kelompok di dalam kelas menjadi kelompok yang produktif.
9)     Pendekatan elektis atau Pluralis. Pendekatan ini merupakan pengelolaan kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi menciptakan proses belajar-mengajar agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Guru bebas memilih berbagai pendekatan sesuai dengan iklim kelas.
Disisi lain Kounin (Daniel Muijs dan David Reynold, 2008:117) mengemukakan bahwa perilaku murid bukan hanya ditentukan oleh teknik-teknik penegakan disiplin guru, tetapi oleh manajemen kelas oleh guru.
Seorang guru harus mempunyai kemauan dan kemampuan sebagai manajer dalam mengelola kelas. Kelas yang dikelola dengan baik akan menghasilkan iklim kelas yang baik pula.
d.     Manajemen Kelas yang Efektif
Marzano dan Pickering (Syaifurrahman dan Tri Ujiati, 2013:106) berpendapat bahwa kelas yang tertib tidak terjadi begitu saja, kelas tersebut harus direncanakan. Pada bagian ini tiga syarat manajemen yang efektif adalah:
1)     Iklim kelas
Perasaan emosional adalah sesuatu yang sehat, positif, dan suportif yang merupakan bagian dari pembelajaran. Lingkungan yang mendukung perasaan-perasaan ini mempresentasikan iklim kelas (Alexander dan Murphy dalam Syaifurrahman dan Tri Ujiati, 2013:107)
2)     Karekteristik guru
Karakteristik yang harus dimiliki guru menurut E.B Hurlock (Suyanto dan Asep Djihad, 2012:19) antara lain:
a)     Mampu menilai diri sendiri secara realistik.
b)     Mampu menilai situasi secara realistik.
c)     Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik.
d)     Menerima tanggung jawab.
e)     Kemandirian.
3)     Hubungan antar manajemen dengan pengajaran
Menurut Saprin dalam (http://www.uin-alauddin.ac.id/ download09%20OPTIMALISASI%20FUNGSI%20MANAJEMEN.pdf), penerapan manajemen dalam kegiatan pembelajaran tersebut bertujuan mencapai tujuan program sekolah dan program pembelajaran itu sendiri. Sebagai manejer dalam kelas tentu saja mempunyai peran penting dalam terlaksananya pembelajaran yang sukses sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
Menurut Jhon W. Santrock (Syaifurrahman dan Tri Ujiati, 2013:111), manajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan:
a)     Membantu siswa untuk menghabiskan banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu siswa yang tidak diorientasikan pada tujuan.
b)     Mencegah murid mengalami problem akademis dan emosional.
Supaya kelas tercipta dengan nyaman dan guru dapat mengamati semua aktivitas siswa, maka perlu mempehatikan empat prinsip dalam setting kelas, antara lain:
a.      Mengurangi kepadatan di tempat lalu-lalang. Gangguan dapt terjadi didaerah yang sering dileawati. Daerah ini antara lain bangku siswa, meja guru, dan lain-lain untuk dipisahkan akan tetapi tetap mudah diakses.
b.     Guru dapat dengan mudah melihat semua siswa. Tugas manajemen yang paling penting adalah memonitor semua siswa secara cermat.
c.      Materi pelajaran dan perlengkapan siswa mudah diakses. Hal ini guna mengurangi waktu persiapan dan perapian, juga mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
d.     Semua siswa dapat melihat presentasi kelas. Maksudnya siswa tidak boleh ada yang menggeser kursi atau menjulurkan leher saat presentasi diadakan.
Salah satu bentuk manajemen kelas dari segi fisik adalah pengaturan tempat duduk siswa. Pengaturan tempat duduk merupakan salah satu prinsip sebagai kepastian bahwa murid seharusnya memiliki ruang yang cukup untuk bekerja dengan nyaman, tata kelas disesuaikan dengan ruang dan sumber daya yang tersedia (Daniel Muijs dan David Reynold, 2008:118), contohnya:

                            




Papan tulis












 
 





























Oval: guru



 




                                                                              
Gambar 2.1
Tempat duduk terbaris-baris efektifuntuk pengajaran seluruh kelas tapi tidak efektif untuk kerja kelompok atau diskusi.




































 


Oval:
papan tulis













































 



                     


Gambar 2.2
Penataan tempat duduk untuk kerja kelompok tetatpi kurang cocok untuk pengajaran seluruh kelas.


 








                                                                                        
                             Gambar 2.3
Penataan tempat duduk cocok untuk pengajaran seluruh kelas dan diskusi tapi tidak cocok untuk kerja kelompok

B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan saat ini. Sebagai perbandingan dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan hasil-hasil penelitian terdahulu.
1)     Skripsi Wahyudi, (2012) yang berjudul “Peran Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas MI Miftahul Ulum Desa Kerang Kecamatan Sukosari Kabupaten Bondowoso” menyimpulkan bahwa peran guru sangat mendominasi dalam pengelolaan kelas. Siswa dapat menghabiskan jam pelajaran dengan suka cita ketika guru menerapkan hal-hal baru dalam  kegiatan pembelajaran. Hal-hal baru itu seperti strategi, demonstrasi, dan presentasi teman.. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang peran guru dalam mengelola kelas. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada subyeknya. Subyek pada peneliti lama di MI Miftahul Ulum Bondowoso sedangkan penelitian yang sekarang pada subyek MI Al-Islam PK Kartasura.
2)     Berdasarkan skripsi Alaudin, (2012) dengan judul “Optimalisasi fungsi Manajemen dalam Pembelajaran” yang menitik beratkan bahwa pembelajaran didalam kelas bukanlah aktivitas yang berlalu tanpa persiapan apapun, bahwa aktivitas dalam kelas itu membutuhkan pengelolaan dari manajer yang handal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Manajer kelas disini adalah guru, dan khususnya bagi guru kelas.
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang peran guru dan implementasi manajemen. Perbedaanya terletak pada obyek dan variable yang dikaji, peneliti terdahulu mengkaji manajemen dalam cakupan yang luas dan menekankan pada fungsi dari manajemen. Lain halnya dengan penelitian ini, yang memfokuskan obyek  pada manajemen kelas.
3) berdasarkan skripsi Wuri Prastiwi Listyarini (2012) yang berjudul “Pengelolaan Kelas di SD Pajang 03 No. 206 Kecamatan Laweyan Surakarta Tahun 2012” menyimpulkan bahwa pengelolaan kelas di SD Pajang itu didominasi oleh kepengurusan guru kelas. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang pengelolaan kelas dari segi fisik dan psikis. Perbedaan terletak pada subyek dan variable penelitian, peneliti terdahulu mengambil SD Pajang 03 sebagai subyek yang diteliti sedangkan peneliti sekarang mengambil  MI Al-Islam PK Kartasura sebagai subyek dan menitik beratkan pada peran guru didalamnya.
C. Kerangka pemikiran
Berdasarkan pada landasan teori diatas dapatlah disusun tahapan-tahapan kerangka berpikir sebagai berikut:
1.     Kecakapan guru sebagai tenaga profesional sangat dibutuhkan sebagai faktor pendukung belajar siswa. Jadi, pembelajaran tidak semata-mata sebagai kegiatan transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik, sehingga hanya menuju pada tercapainya dampak instruksional tanpa mengena pada dampak pengiring siswa, seperti: perubahan tingkah laku dari lingkungan sosial didalam kelas.
2.     Manajemen kelas menjadi peran utama faktor pendukung kegiatan belajar siswa didalam kelas, kelas yang tidak dikelola dengan baik tidak akan menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar siswa sehingga rasa tidak nyaman itu akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, kelas yang baik atau dapat dikatakan kelas efektif dengan dikelola guru akan menghasilkan suasana yang mendukung kegiatan belajar siswa.
3.     Guru merupakan faktor dominan dalam mengelola kelas, sehingga karakteristik kelas akan tercipta dari karakteristik guru yang mengelola.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat dituangkan dalam gambar sebagai berikut:













BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis dan Strategi Penelitian
1.     Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, makna dari kata kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (Maoeloeng, 2009:5) adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode.
Penelitian ini  menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena kegiatan pembelajaran dalam manajemen kelas oleh guru pada kelas bawah di MI Al-Islam PK Kartasura. Sekolah ini diobservasi secara deskriptif obyektif, karena didalamnya menggambarkan aktifitas dalam kelas, kharakteristik tiap tingkat kelas bawah, dan hubungan social dalam lingkungan belajarnya. Tindakan penelitian ini dilaksanakan pada situasi alami siswa, bisa dikatakan apa adanya dan tidak dimanipulasi peneliti.
Peneliti menggunakan metode ini ditujukan untuk mendalami lebih jauh peran guru dalam manajemen kelas di MI Al-Islam PK, dan dapat menemukan masalah praktis dalam manajemen kelas yang fungsinya mendukung seluruh kegiatan siswa dalam belajar.
2.                          Strategi Penelitian
21
 
Strategi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah strategi studi kasus. Studi kasus berdasarkan pendapat Creswell (Nusa Putra, 2012:177) merupakan eksplorasi yang mendalam tentang sistem yang terbatas atau dibatasi (seperti aktivitas, peristiwa, proses, atau individu-individu) berbasis pengumpulan data yang ekstensif. Dalam penelitian ini peneliti mengamati hal-hal yang terjadi dalam kelas, khususnya peran guru dalam mengelola kelas yang mana menggunakan sistem full day.
B.    Tempat dan Waktu Penelitian
1.     Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah MI Al-Islam PK Kartasura. Letak sekolah ini cukup strategis dan mudah dijangkau karena berada didekat jalan raya. Sekolah ini merupakan sekolah swasta yang berkembang dengan baik dikecamatan Kartasura. Letaknya yang tergolong ada dipusat daerah yang ada dijalan persimpangan Solo-Jogja dan Solo-Semarang yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman Kartasura 57167.
2.     Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan secara bertahap,  yang dimulai pada bulan November – Februari.
Adapun rincian waktu penelitian terdapat pada tabel berikut:
No.
Jadwal Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Oktober
November
Desember
Januari
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.       
Pengaduan Judul



Ö












2.                
Penyusunan Proposal




Ö
Ö
Ö









3.
Perizin







Ö








4.
Pelaksanaan Penelitian







Ö
Ö
Ö
Ö





5.
Pengumpulan  Data











Ö
Ö



6.
Penulisan Laporan












Ö
Ö
Ö
Ö

C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah sesuatu yang akan digali data atau informasinya, yaitu guru yang obyeknya akan diamati. Adapun yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah manajemen kelas yang dilaksanakan guru.
D. Data, Jenis Data, dan Sumber Data
             Lofland dan Lofland (Moeloeng, 2009:157) berpendapat bahwa  sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini mengambil data dan sumber data sebagai berikut:
1.     Data
a.        Studi pustaka dari berbagai sumber yang relevan
b.        Kegiatan pembelajaran dan kegiatan non-formal dalam kelas
c.        Kondisi sekolah baik fisik maupun psikis
2.     Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berua kata-kata. Sedangkan berdasarkan sumbernya data penelitian ini merupakan data primer, karena peneliti secara langsung berhadapan dengan nara sumbernya. Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dengan wawancara, observasi, hasil analisis maupun dokumentasi yang mendukung penelitian ini. Jenis data wawancara diperoleh dari guru kelas yang menjadi subyek penelitian yaitu guru kelas IA, IIA, dan IIIA. Jenis data dari hasil observasi berupa catatan lapangan tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan manajemen kelas yang dilakukan guru.
3.     Sumber Data
a.        Kontribusi guru
b.        Kepala sekolah
c.        Karakter kelas
E.   Teknik Pengumpulan Data
1.        Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data, seperti:
a. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi atau pengamatan merupakan pemusatan terhadap aktivitas obyek secara langsung.
Dalam hal ini metode observasi bertujuan untuk mengamati bagaimana guru mengelola kelas dengan sekolah yang bersistem full day sehingga siswa merasa nyaman dan tidak terbebani dalam aktivitas belajarnya. Dalam proses ini hanya mencatat apa yang diketahui dari adegan kelas yang diamati dan didengar bukan memberikan penilaian. Kegiatan observasi ini supaya mengetahui kontribusi guru dalam manajemen kelas
b. Wawancara Mendalam
                Dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara baku terbuka karena menggunakan seperangkat pertanyaan dengan baku. Dilakukan dengan menggunakan jenis wawancara ini sependapat dengan Moeloeng (2009:188) sangat perlu untuk mengurangi variasi yang bisa terjadi antara seorang terwawancara dengan yang lainya. Maksud pelaksanaan tidak lain merupakan usaha untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya kekeliruan.
                Dalam hal ini peneliti mewawancarai secara mendalam pihak-pihak yang terkait langsung dengan manajemen kelas, antara lain:
1)     Kepala sekolah: untuk mendapatkan informasi seputar sekolah yang berupa sejarah sekolah beserta visi dan misi sekolah, kompetensi guru, dan latar belakang perombakan sekolah.
2)     Guru kelas: untuk mengetahui bagaimana karakteristik guru dalam memimpin kelas, mengelola kelas, faktok pendukung belajar siswa, kendala dalam kegiatan dikelas, dan karakter siswanya.
3)     Siswa: untuk mengetahui karakteristik guru dalam kelas dan untuk mengetahui keinginan siswa terhadap gaya kepemimpinan guru dalam mengelola kelas.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dalam penelitian mengenai dokumen-dokumen yang berkaitan dengan peran guru dalam manajemen kelas. Menurut Arikunto (2006:158), dokumentasi dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini berupa buku catatan, foto obyek, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian di MI Al-Islam PK Kartasura.
2.        Instrumen Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, sebagai instrument utama dengan dibantu oleh guru kelas untuk menjaga keabsahan data. Pelaksanaan penelitian ini dengan cara mengadakan penelitian langsung dilapangan, sebagai partsipan yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan-pengamatan dan pencatatan pada obyek penelitian. Dimana observer berada diantara orang yang diobservasi, dan sekaligus mempunyai posisi sebagai pengamat.
Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik catatan lapangan. Catatan dalam penelitian ini adalah catatan pengamatan peneliti dan guru kelas yang dengan penelitian. Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen (Moeloeng, 2009:209) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
                Disamping hal yang telah dikemukakan diatas, langkah-langkah penulisan catatan lapangan adalah sebagai berikut:
a.      Pencatatan awal, dilakukan sewaktu berada diluar penelitian dengan cara menuliskan kata-kata kunci pada buku catatan.
b.     Pembuatan catatan lapangan atau penguaraianya secara lengkap saat waktu senggang.
c.      Melengkapi data dalam catatan saat dengan kembali ke lapangan penelitian.
F. Keabsahan Data
Ditujukan guna sebagai penjamin dan pemantapan kebenaran data yang telah dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara yang tepat untuk mengembangkan keabsahan data penelitian yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan menggunakan teknik triangulasi peneliti dapat mengecek kembali temuanya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukanya dengan jalan:
1.     Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.
2.     Mengeceknya dengan berbagai sumber data
3.     Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan (Moeloeng, 2009:332).
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang sifatnya deskriptif, keterangan, informasi, dan bersifat kata-kata bukan berupa angka. Deskripsi data berupa informasi, keterangan secara mendalam tentang suatu obyek yang mana hal itu menjadi sasaran penelitian. Fenomena yang nampak pada peneliti ditanyakan, digali, dan dikembangkan lewat wawancara mendalam kepada informan. Pada penelitian ini analisis data dilaksanakan dan dikembangkan dari proses refleksi hingga proses penyusunan laporan.
Analisis data yang dilakukan menggunakan tiga alur kegiatan yang dikemukakan oleh  Moeloeng (2006:36) yaitu (a) reduksi data, meliputi proses pemilihan, pemusatan perhatian penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari catatan dilapangan. (b) penyajian data, merupakan kumpulan informasi bersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. (c) penarikan kesimpulan, berdasarkan penyajian data, proses analisisdengan menggunakan tiga komponen analisis tersebut saling menjalin dan dilakukan secara terus menerus di dalam proses pelaksanaan pegumpulan data.
H. Prosedur Penelitian
                   Prosedur penelitian adalah penjelasan langkah-langkah penelitian dari awal sampai akhir penelitian. Adapun prosedur penelitian yang dilaksanakan dengan langkah-langkah seperti yang telah diungkapkan oleh Moleong (2012:126) yaitu adalah sebagai berikut:
1.     Tahap Pra-lapangan
Pada tahap ini penneliti melakukan:
a.      Penulisan proposal penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan penulisan proposal yang kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing.
b.     Persiapan pelaksanaan
Pada tahap persiapan pelaksanaan, peneliti melakukan prosedur perijinan untuk melakukan penelitian ditempat yang direncanakan.
c.      Penyusunan pertanyaan untuk peneliti
Peneliti membuat daftar pertanyaan. Penyusunan daftar pertanyaan ini guna sebagai bahan wawancara kepada subyek penelitian.
2.     Tahap pekerjaan lapangan
           Pelaksanaan pengumpulan data dan analisis awal setelah melakukan prosedur perijinan. Selanjutnya diterapkan metode observasi dan dokumentasi. Untuk menguatkan keabsahan data peneliti melakukan wawancara dan hasilnya digunakan sebagai pembanding.
              Peneliti melakukan triangulasi data observasi dan wawancara. Jikan masih ada yang sekiranya tidak selaras akan dilakukan penyelarasan, dengan cara mengecek ulang hasil data dan hasil observasi melalui perbandingan data hasil observassi dan data wawancara
3. Tahap Analisis Data
           Langkah ini merupakan langkah akhir, pada saat semua data yang diperlukan oleh peneliti sudah terkumpul kemudian peneliti melakukan analisis untuk mengetahui hasil dari penelitian yang sudah dilakukan. Dengan mempertimbangkan  antara proses pelaksanaan dan perencanaan dalam bidang yang diteliti untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan.