BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan suatu hal yang kompleks, menyangkut banyak variable dan berdimensi
luas. Pendidikan merupakan salah satu proses psikologi yang tidak lepas dari
kegiatan belajar mengajar. Dalam perspektif mengajar, pelakunya adalah peserta
didik yang melakukan kegiatan belajar dan memposisikan guru sebagai pembimbing
dan fasilitator selama proses belajarnya. Kegiatan belajar disekolah harus
disertai dengan manajemen yang baik, bukan semata-mata kegiatan yang dilakukan
tanpa persiapan dari guru. Bagian dari manajemen pembelajaran yang paling
penting adalah menejemen kelas, dimana siswa menghabiskan waktu paling banyak
disekolah.
H.K Wong dan R.T Wong (2009:106) berpendapat bahwa manajemen
kelas mengacu pada semua hal yang dilakukan guru untuk mengorganisasikan
siswa-siswa, waktu, dan ruang, dan bahan pelajaran agar pembelajaran siswa bisa
terjadi dengan baik.
|
MI Al-Islam PK
merupakan salah satu sekolah swasta di Kartasura yang mampu mengembangkan
potensi sekolah dengan terobosan-terobosan baru dalam dunia pendidikan,
terbukti sudah adanya kemajuan dengan menyandang label PK beberapa tahun
terakhir ini. Dengan perubahan-perubahan yang dilakukan dalam sistem
pendidikanya sekolah ini mampu menjadi sekolah swasta yang masuk dalam kategori
sekolah unggulan di Kartasura dan sekitarnya. Tentunya perubahan ini tidak
lepas dari manajemen pembelajaran yang dilakukan guru baik didalam kelas maupun
diluar kelas. Manajemen kelas merupakan bagian dari manajemen pembelajaran yang
dilaksanakan.
Dilihat dari sudut pandang tugas guru, pembelajaran akan
menyangkut dua perangkat kegiatan yaitu mengajar dan manajemen. Kegiatan
mengajar adalah untuk membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Berbagai contoh kegiatan mengajar adalah
mendiagnosis kebutuhan peserta didik, perencanaan pengajaran, penyajian
informasi, mengajukan pertanyaan, dan menilai kemajuan peserta didik. Sedangkan
kegiatan manajerial dimaksudkan untuk menciptakan dan memelihara kondisi yang
memungkinkan pembelajaran berlangsung, dengan efektif dan efisien.
MI Al-Islam PK
menunujukan bahwa ada kekhususan dalam sistem pendidikan didalamnya yang
menawarkan keunggulan pada peserta didik. Dilihat dari perubahan ini tidak
menolak persepsi masyarakat yang menganggap ada pula perubahan yang terjadi
diruang kelas dimana guru berperan penting mengelola kelas sedemikian rupa
selama kegiatan belajar mengajar. Dapat
dikatakan pula bahwa guru mendominasi pendidikan beserta kegiatan didalam
kelas.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik meneliti MI
Al-Islam PK Kartasura karena adanya perubahan yang signifikan disekolah ini
yang mencakup perubahan keunggulan sekolah sehingga pantas menyandang label PK.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dituntut memiliki ketrampilan mengajar,
strategi belajar mengajar yang tepat dan kemampuan melaksanakan evaluasi yang
baik.
Dari penjelasan tersebut maka peneliti memilih judul tentang
“Peran
Guru dalam Manajemen Kelas ( studi kasus pada kelas bawah di MI Al-Islam PK kartasura
tahun pelajaran 2013-2014)”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan, maka fokus penelitian tersebut adalah:
1. Bagaiman peran guru dalam
perencanaan manajemen kelas di MI Al-Islam PK Kartasura?
2. Bagaiman peran guru dalam
pelaksanaan manajemen kelas di MI Al-Islam PK Kartasura?
3. Bagaiman peran guru dalam evaluasi
manajemen kelas di MI Al-Islam PK Kartasura
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
pada fokus penelitian maka peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai
berikut:
1.
Untuk
mendeskripsikan peran guru dalam perencanaan manajemen kelas di MI Al-Islam PK.
2.
Untuk
mendeskripsikan peran guru dalam pelaksanaan manajemen kelas di MI Al-Islam PK.
3.
Untuk
mendeskripsikan peran guru dalam evaluasi manajemen kelas di MI Al-Islam PK.
D.
Manfaat Penelitian
Selain
tujuan yang hendak dicapai, hasil penelitian ini mempunyai manfaat diantaranya
adalah:
1.
Manfaat
Teoritis: Menambah khasanah pengetahuan mengenai manajemen kelas, khususnya
peran guru dalam manajemen kelas.
2.
Manfaat
Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah: sebagai
referensi tambahan mengenai manajemen kelas sehingga desain kelas dapat membuat
siswa nyaman belajar.
b. Bagi Guru: sebagai pengetahuan
tambahan dalam melaksanakan manajemen kelas. Sehingga menjadi masukan jika ada
kekurangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran sekaligus dampak dari proses belajar yang dituju.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya: untuk
menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya sekaligus sebagai pengetahuan bagi
observer selanjutny
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kajian Teori
- Tinjauan Tentang Peran Guru
a. Hakekat Profesi Guru
Profesi
menurut Webster (Kunandar, 2010:45) mempunyai arti sebagai jabatan atau
pekerjaan tertentu yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
Sedangkan makna Profesionalisme dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dinyatakan profesionalisme adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesi menunjukan lapangan yang
khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan khusus yang mendalam, seperti
bidang hokum, militer, keperawatan, kpendidikan, dan sebagainya (Kunandar,
2010:45). Menurut Nana Sudjana (Kunandar:46) dalam hal ini profesi merupakan pekerjaan
yang bersifat profesional artinya pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh
mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dialakukan oleh
mereka karena tidak dapt memperoleh pekerjaan lain.
|
Menurut
Surya (Kunandar, 2010:47) guru yang profesional akan tercermin dalam
pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam
materi maupun metode. Profesionalitas guru merupakan hal utama bagi
keberhasilan suatu sistem pendidikan. Menurut Ibrahim Bafadal (Imam Wahyudi,
2012:101) gurur professional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisme yang dimaksud
adalah satu proses yang bergerak dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari
ketidakmatangan menjadi matang. Guru memiliki peran yang strategis dalam bidang
pendidikan, bahkan sumber daya pendidikan lain yang memadai seringkali kurang
berarti apabila tidak disertai dengan kualitas guru yang memadai (Imam Wahyudi,
2012:103).
Sama
halnya dengan pendapat Rond Brant (Imam Wahyudi, 2012:103) yang mengemukakan
bahwa semua usaha reformasi dibidang pendidikan seperti penerapan kurikulum dan
penerapan metode pengajaran baru pada akhirnya tergantung kepada guru. Tanpa
mereka usaha untuk mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka
segala upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan mencapai hasil
maksimal.
b. Peran Guru di MI Al-Islam PK
Menurut
Mujtahid (2010), guru memiliki peran yang bersifat multi fungsi.
Ia mengemukakan bahwa guru berperan sebagai perancang, penggerak, evaluator, dan motivator dideskripsikan seperti berikut ini
:
1)
Guru sebagai
Perancang
Guru sebagai perangcang yaitu menyusun kegiatan
akademik atau kurikulum dan pembelajaran, menyusun kegiatan kesiswaan, menyusun
kebutuhan sarana prasarana dan mengestimasi sumber-sumber pembiayaan
operasional sekolah, serta menjalin hubungan dengan orangtua, masyarakat,
pemangku kepentingan dan instansi terkait.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan
dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu,
guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa dan disiplin. Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki
kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional,
moral, sosial, intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dan
pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
sesuai dengan bidang yang dikembangkan. Sedangkan disiplin dimaksudkan bahwa
guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional karena mereka bertugas unutk
mendisiplinkan peserta didik didalam sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh
karena itu menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam
berbagai tindakan dan perilakunya.
3)
Guru sebagai
penggerak
Guru
dikatakan sebagai penggerak, yaitu mobilisator yang mendorong dan menggerakkan
system organisasi sekolah. Untuk melaksanakan fungsi – fungsi tersebut, seorang
guru harus memiliiki kemampuan intelektual, misalnya mempunyai jiwa visioner,
creator, peneliti, jiwa rasional, dan jiwa untuk maju. Kepribadian seperti
luwes, wibawa, adil dan bijaksana juga jujur.
4) Guru sebagai Evaluator
Guru
menjalankan fungsi sebagai evaluator, yaitu melakukan evaluasi atau penilaian
terhadap aktivitas yang telah dikerjakan dalam system sekolah.
Sebagai
suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik
yang sesuai, mungkin tes ataupun non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian
harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi 3 tahap yaitu
persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Selain menilai peserta didik, guru
harus pula menilai dirinya sendiri baik sebagai perencana maupun penilai
program pembelajaran. Oleh karena itu ia harus memiliki pengetahuan yang
memadai tentang penilaian program sebagai mana memahami penilaian hasil belajar
5)
Guru sebagai
Motivator
Motivasi
merupakan penentu keberhasilan. Seorang guru memerankan diri sebagai motivator
murid – muridnya. Guru sebagai motivator artinya guru sebagai pendorong siswa
dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.
Uraian
diatas menerangkan bahwa guru mempunyai peran yang dominan dalam tercapainya
pembelajaran. Sebagaimana guru di MI Al-Islam PK, mereka sebagai manajer kelas
mempunyai peran banyak untuk mendukung semangat belajar siswa sehingga dalam
aktivitas belajar tidak ada kegiatan yang sia-sia diluar konteks pendidikan.
- Tinjauan Tentang Manajemen Kelas
a. Definisi Manajemen
Menurut
Salman Rusydie (2011:24) mengartikan manajemen berasal dari bahasa inggris management yang berarti ketatalaksanaan,
tata pimpinan dan pengelolaan. Secara istilah yang dimaksud dengan manajemen
adalah suatu proses pengawasan yang dilakukan terhadap semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Sementara pengertian yang
bersifat umum adalah pengaturan atau penataan terhadap suatu kegiatan.
Kemudian
Samino (2011:15), mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni dalam
memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainya melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian serta bekerja sama
dengan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif
dan efisien.
Manajemen
merupakan suatu potensi yang harus dikembangkan setiap pendidik karena itu
merupakan kunci tercapainya iklim kelas yang baik.
b.
Makna Kelas
Kelas
adalah masyarakat mikro dengan latar belakang suku, agama, dan keturunan yang
berbeda-beda, memiliki kebutuhan dan kepentingan yang saling bersebrangan.
Aturan atau tata tertib, prosedur, hal-hal yang bersifat rutinitas merupakan
bagian yang sangat penting dalam infrastruktur sekolah. Ruang kelas merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi, pertama: memperngaruhi proses belajar para
siswa dalam menerima suatu pelajaran, dan kedua: memengaruhi guru dalam
menyampaikan pelajaran (Syaifurrahman dan Tri Ujiati, 2013:107).
Sementara
Salman Rusydie (2011:24) menyatakan bahwa yang dimaksud kelas adalah kelompok
manusia yang melakukan kegiatan belajar bersama dengan mendapatkan pengajaran
dari seorang guru. Sebagian pengamat yang lain mengartikan istilah kelas dalam
dua pemaknaan. Pertama, kelas dalam
arti sempit yaitu berupa ruangan khusus tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar-mengajar. Kedua,
kelas dalam artian luas yaitu suatu masyarakat kecil yang secara dinamis menyelenggarakan
kegiatan belajar-mengajar secara kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan
uraian diatas menjelaska bahwa kelas bukan semata-mata benda mati yang disegel
dengan dinding, melainkan mempunyai artian yang lebih ekplisit lagi yaitu
berupa keadaan sosial didalamnya. Keadaan social yang dimaksud adalah adanya
interaksi antar masyarakat kecil yang berupa siswa-siswi dalam rombongan belajar.
c. Pengertian Manajemen Kelas
Menurut
Jane Brophy (Vern Jones dan Louise Jones, 2012:16) mengemukakan definisi umum
tentang manajemen kelas:
Manajemen kelas yang baik bukan hanya secara tidak langsung
dapat bekerja sama dengan siswa dalam mengurangi perilaku menyimpang dan dapat
menangani secara efektif ketika perilaku tersebut terjadi, tetapi juga menopang
kegiatan akademik yang bermanfaat. Dan manajemen kelas merupakan sistem
manajemen kelas sebagai suatu keseluruhan (termasuk tidak terbatas hanya
intervensi disiplin guru) yang dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan siswa
dalam aktivitas ini, jadi tidak sekadar mengurangi perilaku menyimpang.
Sementara
menurut Salman Rusydie (2011:26) mendefinisikan manajemen kelas sebagai upaya
memberdayagunakan potensi kelas. Berhubung kelas mempunyai fungsi dan peranan
tertentu dalam menunjang keberhasilan proses edukatif, maka hal itu dapat
memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar. Dalam hal
ini, guru harus mampu mengelola situasi dan suasana kelas dengan
sebaik-baiknya.
Menurutnya,
manajemen kelas juga dapat ditinjau dalam dua hal, yaitu manajemen yang
menyangkut keberadaan siswa dan manajemen yang menyangkut pengelolaan fisik,
seperti ruangan, perabot, serta alat-alat pelajaran. Adapun pendekatan yang
bisa dipakai dalam manajemen kelas:
1) Pendekatan kekuasaan. Guru
menekankan pada sikap konsisten guru untuk menjadikan norma atau aturan-aturan
dalam kelas sebagai acuan untuk menegakan kedisiplinan.
2) Pendekatan ancaman. Pendekatan ini
hendaknya dilakukan dalam taraf kewajaran dan diusahakan untuk tidak melukai
siswa.
3) Pendekatan kebebasan. Pendekatan ini
perlu dilakukan untuk memanajemen kelas dengan baik. Guru harus membantu siswa
agar mereka merasa bebas mengerjakan sesuatu didalam kelas selama tidak
menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan bersama.
4) Pendekatan resep. Pendekatan ini
berupa pembuatan ketentuan tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
selama pembelajaran, juga hal yang mereka sukai selama pembelajaran dan yang
tidak mereka suka selama pembelajaran.
5) Pendekatan pengajaran. Guru membuat
perencanaan pengajaran dan menghindari pembelajaran yang diselenggarakan apa
adanya, sehingga siswa terhindar dari kejenuhan.
6) Pendekatan perubahan tingkah laku.
Pengelolaan kelas dilakukan untuk mengubah tingkah laku siswa dalam kelas dari
yang kurang baik menjadi baik.
7) Pendekatan sosio-emosional.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang didasarkan pada terjalinya hubungan
yang baik dengan siswa-siswinya.
8) Pendekatan kerja Kelompok. Model ini
membutuhkan kemampuan guru dalam menciptakan momentum yang dapat mendorong
kelompok-kelompok di dalam kelas menjadi kelompok yang produktif.
9) Pendekatan elektis atau Pluralis.
Pendekatan ini merupakan pengelolaan kelas dengan menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi menciptakan proses belajar-mengajar agar dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Guru bebas memilih berbagai pendekatan
sesuai dengan iklim kelas.
Disisi
lain Kounin (Daniel Muijs dan David Reynold, 2008:117) mengemukakan bahwa
perilaku murid bukan hanya ditentukan oleh teknik-teknik penegakan disiplin
guru, tetapi oleh manajemen kelas oleh guru.
Seorang
guru harus mempunyai kemauan dan kemampuan sebagai manajer dalam mengelola
kelas. Kelas yang dikelola dengan baik akan menghasilkan iklim kelas yang baik
pula.
d.
Manajemen Kelas yang Efektif
Marzano
dan Pickering (Syaifurrahman dan Tri Ujiati, 2013:106) berpendapat bahwa kelas
yang tertib tidak terjadi begitu saja, kelas tersebut harus direncanakan. Pada
bagian ini tiga syarat manajemen yang efektif adalah:
1) Iklim kelas
Perasaan
emosional adalah sesuatu yang sehat, positif, dan suportif yang merupakan
bagian dari pembelajaran. Lingkungan yang mendukung perasaan-perasaan ini
mempresentasikan iklim kelas (Alexander dan Murphy dalam Syaifurrahman dan Tri
Ujiati, 2013:107)
2) Karekteristik guru
Karakteristik
yang harus dimiliki guru menurut E.B Hurlock (Suyanto dan Asep Djihad, 2012:19)
antara lain:
a) Mampu menilai diri sendiri secara
realistik.
b) Mampu menilai situasi secara
realistik.
c) Mampu menilai prestasi yang
diperoleh secara realistik.
d) Menerima tanggung jawab.
e) Kemandirian.
3) Hubungan antar manajemen dengan
pengajaran
Menurut
Saprin dalam (http://www.uin-alauddin.ac.id/
download09%20OPTIMALISASI%20FUNGSI%20MANAJEMEN.pdf), penerapan manajemen
dalam kegiatan pembelajaran tersebut bertujuan mencapai tujuan program sekolah
dan program pembelajaran itu sendiri. Sebagai manejer
dalam kelas tentu saja mempunyai peran penting dalam terlaksananya pembelajaran
yang sukses sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
Menurut
Jhon W. Santrock (Syaifurrahman dan Tri Ujiati, 2013:111), manajemen kelas yang
efektif mempunyai dua tujuan:
a) Membantu siswa untuk menghabiskan
banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu siswa yang tidak diorientasikan
pada tujuan.
b) Mencegah murid mengalami problem
akademis dan emosional.
Supaya kelas tercipta dengan nyaman
dan guru dapat mengamati semua aktivitas siswa, maka perlu mempehatikan empat
prinsip dalam setting kelas, antara
lain:
a. Mengurangi kepadatan di tempat
lalu-lalang. Gangguan dapt terjadi didaerah yang sering dileawati. Daerah ini
antara lain bangku siswa, meja guru, dan lain-lain untuk dipisahkan akan tetapi
tetap mudah diakses.
b. Guru dapat dengan mudah melihat
semua siswa. Tugas manajemen yang paling penting adalah memonitor semua siswa
secara cermat.
c. Materi pelajaran dan perlengkapan
siswa mudah diakses. Hal ini guna mengurangi waktu persiapan dan perapian, juga
mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
d. Semua siswa dapat melihat presentasi
kelas. Maksudnya siswa tidak boleh ada yang menggeser kursi atau menjulurkan
leher saat presentasi diadakan.
Salah satu
bentuk manajemen kelas dari segi fisik adalah pengaturan tempat duduk siswa.
Pengaturan tempat duduk merupakan salah satu prinsip sebagai kepastian bahwa
murid seharusnya memiliki ruang yang cukup untuk bekerja dengan nyaman, tata
kelas disesuaikan dengan ruang dan sumber daya yang tersedia (Daniel Muijs dan
David Reynold, 2008:118), contohnya:
|
Gambar 2.1
Tempat duduk terbaris-baris efektifuntuk pengajaran seluruh
kelas tapi tidak efektif untuk kerja kelompok atau diskusi.
Gambar 2.2
Penataan tempat duduk untuk kerja
kelompok tetatpi kurang cocok untuk pengajaran seluruh kelas.
Gambar 2.3
Penataan
tempat duduk cocok untuk pengajaran seluruh kelas dan diskusi tapi tidak cocok
untuk kerja kelompok
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan saat ini. Sebagai
perbandingan dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan hasil-hasil
penelitian terdahulu.
1) Skripsi
Wahyudi, (2012) yang berjudul “Peran Guru Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas MI Miftahul Ulum Desa Kerang
Kecamatan Sukosari Kabupaten Bondowoso” menyimpulkan bahwa peran guru sangat
mendominasi dalam pengelolaan kelas. Siswa dapat menghabiskan jam pelajaran
dengan suka cita ketika guru menerapkan hal-hal baru dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal baru itu
seperti strategi, demonstrasi, dan presentasi teman.. Persamaan dari penelitian
ini adalah sama-sama meneliti tentang peran guru dalam mengelola kelas.
Perbedaan dari penelitian ini terletak pada subyeknya. Subyek pada peneliti
lama di MI Miftahul Ulum Bondowoso sedangkan penelitian yang sekarang pada
subyek MI Al-Islam PK Kartasura.
2) Berdasarkan
skripsi Alaudin, (2012) dengan judul “Optimalisasi fungsi Manajemen dalam
Pembelajaran” yang menitik beratkan bahwa pembelajaran didalam kelas bukanlah
aktivitas yang berlalu tanpa persiapan apapun, bahwa aktivitas dalam kelas itu
membutuhkan pengelolaan dari manajer yang handal sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Manajer kelas disini adalah guru, dan khususnya bagi guru
kelas.
Persamaan
dari penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang peran guru dan
implementasi manajemen. Perbedaanya terletak pada obyek dan variable yang
dikaji, peneliti terdahulu mengkaji manajemen dalam cakupan yang luas dan
menekankan pada fungsi dari manajemen. Lain halnya dengan penelitian ini, yang
memfokuskan obyek pada manajemen kelas.
3) berdasarkan
skripsi Wuri Prastiwi Listyarini (2012) yang berjudul “Pengelolaan Kelas di SD
Pajang 03 No. 206 Kecamatan Laweyan Surakarta Tahun 2012” menyimpulkan bahwa
pengelolaan kelas di SD Pajang itu didominasi oleh kepengurusan guru kelas.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang pengelolaan
kelas dari segi fisik dan psikis. Perbedaan terletak pada subyek dan variable
penelitian, peneliti terdahulu mengambil SD Pajang 03 sebagai subyek yang
diteliti sedangkan peneliti sekarang mengambil MI Al-Islam PK Kartasura sebagai subyek dan
menitik beratkan pada peran guru didalamnya.
C. Kerangka pemikiran
Berdasarkan
pada landasan teori diatas dapatlah disusun tahapan-tahapan kerangka berpikir
sebagai berikut:
1. Kecakapan guru sebagai tenaga
profesional sangat dibutuhkan sebagai faktor pendukung belajar siswa. Jadi,
pembelajaran tidak semata-mata sebagai kegiatan transfer ilmu dari pendidik
kepada peserta didik, sehingga hanya menuju pada tercapainya dampak
instruksional tanpa mengena pada dampak pengiring siswa, seperti: perubahan
tingkah laku dari lingkungan sosial didalam kelas.
2. Manajemen kelas menjadi peran utama
faktor pendukung kegiatan belajar siswa didalam kelas, kelas yang tidak
dikelola dengan baik tidak akan menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar
siswa sehingga rasa tidak nyaman itu akan menghambat pencapaian tujuan
pembelajaran. Sebaliknya, kelas yang baik atau dapat dikatakan kelas efektif
dengan dikelola guru akan menghasilkan suasana yang mendukung kegiatan belajar
siswa.
3. Guru merupakan faktor dominan dalam
mengelola kelas, sehingga karakteristik kelas akan tercipta dari karakteristik
guru yang mengelola.
Berdasarkan
kerangka pemikiran diatas maka dapat dituangkan dalam gambar sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Strategi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian
ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, makna dari kata
kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (Maoeloeng, 2009:5) adalah penelitian
yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode.
Penelitian
ini menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena
kegiatan pembelajaran dalam manajemen kelas oleh guru pada kelas bawah di MI
Al-Islam PK Kartasura. Sekolah ini diobservasi secara deskriptif obyektif,
karena didalamnya menggambarkan aktifitas dalam kelas, kharakteristik tiap
tingkat kelas bawah, dan hubungan social dalam lingkungan belajarnya. Tindakan
penelitian ini dilaksanakan pada situasi alami siswa, bisa dikatakan apa adanya
dan tidak dimanipulasi peneliti.
Peneliti
menggunakan metode ini ditujukan untuk mendalami lebih jauh peran guru dalam
manajemen kelas di MI Al-Islam PK, dan dapat menemukan masalah praktis dalam
manajemen kelas yang fungsinya mendukung seluruh kegiatan siswa dalam belajar.
2.
Strategi Penelitian
|
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat
penelitian adalah MI Al-Islam PK Kartasura. Letak sekolah ini cukup strategis
dan mudah dijangkau karena berada didekat jalan raya. Sekolah ini merupakan
sekolah swasta yang berkembang dengan baik dikecamatan Kartasura. Letaknya yang
tergolong ada dipusat daerah yang ada dijalan persimpangan Solo-Jogja dan
Solo-Semarang yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman Kartasura 57167.
2. Waktu Penelitian
Waktu
pelaksanaan dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan secara
bertahap, yang dimulai pada bulan
November – Februari.
Adapun
rincian waktu penelitian terdapat pada tabel berikut:
No.
|
Jadwal Kegiatan
|
Waktu Pelaksanaan
|
|||||||||||||||
Oktober
|
November
|
Desember
|
Januari
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Pengaduan Judul
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Penyusunan Proposal
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Perizin
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pelaksanaan Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
5.
|
Pengumpulan
Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
6.
|
Penulisan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
C. Subjek
Penelitian
Subyek
penelitian adalah sesuatu yang akan digali data atau informasinya, yaitu guru
yang obyeknya akan diamati. Adapun yang menjadi obyek dalam penelitian ini
adalah manajemen kelas yang dilaksanakan guru.
D. Data, Jenis Data,
dan Sumber Data
Lofland dan Lofland (Moeloeng,
2009:157) berpendapat bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini
mengambil data dan sumber data sebagai berikut:
1. Data
a.
Studi
pustaka dari berbagai sumber yang relevan
b.
Kegiatan
pembelajaran dan kegiatan non-formal dalam kelas
c.
Kondisi
sekolah baik fisik maupun psikis
2. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data
kualitatif yang berua kata-kata. Sedangkan berdasarkan sumbernya data
penelitian ini merupakan data primer, karena peneliti secara langsung
berhadapan dengan nara sumbernya. Teknik yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data dengan wawancara, observasi, hasil analisis maupun
dokumentasi yang mendukung penelitian ini. Jenis data wawancara diperoleh dari
guru kelas yang menjadi subyek penelitian yaitu guru kelas IA, IIA, dan IIIA.
Jenis data dari hasil observasi berupa catatan lapangan tentang perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan manajemen kelas yang dilakukan guru.
3. Sumber Data
a.
Kontribusi
guru
b.
Kepala
sekolah
c.
Karakter
kelas
E. Teknik Pengumpulan Data
1.
Teknik
pengumpulan data
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi. Maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data,
seperti:
a. Observasi
Teknik
pengumpulan data dengan observasi atau pengamatan merupakan pemusatan terhadap
aktivitas obyek secara langsung.
Dalam hal
ini metode observasi bertujuan untuk mengamati bagaimana guru mengelola kelas
dengan sekolah yang bersistem full day sehingga siswa merasa nyaman dan
tidak terbebani dalam aktivitas belajarnya. Dalam proses ini hanya mencatat apa
yang diketahui dari adegan kelas yang diamati dan didengar bukan memberikan penilaian.
Kegiatan observasi ini supaya mengetahui kontribusi guru dalam manajemen kelas
b. Wawancara Mendalam
Dalam penelitian ini menggunakan
jenis wawancara baku terbuka karena menggunakan seperangkat pertanyaan dengan
baku. Dilakukan dengan menggunakan jenis wawancara ini sependapat dengan
Moeloeng (2009:188) sangat perlu untuk mengurangi variasi yang bisa terjadi
antara seorang terwawancara dengan yang lainya. Maksud pelaksanaan tidak lain
merupakan usaha untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya kekeliruan.
Dalam hal ini peneliti
mewawancarai secara mendalam pihak-pihak yang terkait langsung dengan manajemen
kelas, antara lain:
1) Kepala sekolah: untuk mendapatkan
informasi seputar sekolah yang berupa sejarah sekolah beserta visi dan misi
sekolah, kompetensi guru, dan latar belakang perombakan sekolah.
2) Guru kelas: untuk mengetahui bagaimana
karakteristik guru dalam memimpin kelas, mengelola kelas, faktok pendukung
belajar siswa, kendala dalam kegiatan dikelas, dan karakter siswanya.
3) Siswa: untuk mengetahui
karakteristik guru dalam kelas dan untuk mengetahui keinginan siswa terhadap
gaya kepemimpinan guru dalam mengelola kelas.
c. Studi Dokumentasi
Studi
dokumentasi dilakukan dalam penelitian mengenai dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan peran guru dalam manajemen kelas. Menurut Arikunto (2006:158), dokumentasi dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Dokumen yang dimaksud
dalam penelitian ini berupa buku catatan, foto obyek, dan dokumen-dokumen lain
yang berhubungan dengan penelitian di MI Al-Islam PK Kartasura.
2.
Instrumen
Pengumpulan Data
Dalam
pengumpulan data, sebagai instrument utama dengan dibantu oleh guru kelas untuk
menjaga keabsahan data. Pelaksanaan penelitian ini dengan cara mengadakan
penelitian langsung dilapangan, sebagai partsipan yaitu pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengamatan-pengamatan dan pencatatan pada obyek penelitian.
Dimana observer berada diantara orang yang diobservasi, dan sekaligus mempunyai
posisi sebagai pengamat.
Instrument
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik catatan lapangan.
Catatan dalam penelitian ini adalah catatan pengamatan peneliti dan guru kelas
yang dengan penelitian. Catatan lapangan menurut
Bogdan dan Biklen (Moeloeng, 2009:209) adalah catatan tertulis tentang apa yang
didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
Disamping hal yang telah
dikemukakan diatas, langkah-langkah penulisan catatan lapangan adalah sebagai
berikut:
a. Pencatatan awal, dilakukan sewaktu
berada diluar penelitian dengan cara menuliskan kata-kata kunci pada buku
catatan.
b. Pembuatan catatan lapangan atau
penguaraianya secara lengkap saat waktu senggang.
c. Melengkapi data dalam catatan saat
dengan kembali ke lapangan penelitian.
F. Keabsahan Data
Ditujukan
guna sebagai penjamin dan pemantapan kebenaran data yang telah dikumpulkan dan
dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara yang tepat untuk
mengembangkan keabsahan data penelitian yang telah diperoleh. Dalam penelitian
ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan menggunakan teknik triangulasi
peneliti dapat mengecek kembali temuanya dengan jalan membandingkan dengan
berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukanya
dengan jalan:
1. Mengajukan berbagai macam variasi
pertanyaan.
2. Mengeceknya dengan berbagai sumber
data
3. Memanfaatkan berbagai metode agar
pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan (Moeloeng, 2009:332).
G. Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif. Data kualitatif
merupakan data yang sifatnya deskriptif, keterangan, informasi, dan bersifat
kata-kata bukan berupa angka. Deskripsi data berupa informasi, keterangan
secara mendalam tentang suatu obyek yang mana hal itu menjadi sasaran penelitian.
Fenomena yang nampak pada peneliti ditanyakan, digali, dan dikembangkan lewat
wawancara mendalam kepada informan. Pada penelitian ini analisis data
dilaksanakan dan dikembangkan dari proses refleksi hingga proses penyusunan
laporan.
Analisis
data yang dilakukan menggunakan tiga alur kegiatan yang dikemukakan oleh Moeloeng (2006:36) yaitu (a) reduksi data,
meliputi proses pemilihan, pemusatan perhatian penyederhanaan, pengabstrakan
dan transformasi data kasar dari catatan dilapangan. (b) penyajian data, merupakan
kumpulan informasi bersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan. (c) penarikan kesimpulan, berdasarkan penyajian data, proses
analisisdengan menggunakan tiga komponen analisis tersebut saling menjalin dan
dilakukan secara terus menerus di dalam proses pelaksanaan pegumpulan data.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian adalah penjelasan langkah-langkah penelitian dari awal sampai akhir
penelitian. Adapun prosedur penelitian yang dilaksanakan
dengan langkah-langkah seperti yang telah diungkapkan oleh Moleong (2012:126)
yaitu adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra-lapangan
Pada tahap ini penneliti melakukan:
a. Penulisan proposal penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan
penulisan proposal yang kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing.
b. Persiapan pelaksanaan
Pada tahap persiapan pelaksanaan,
peneliti melakukan prosedur perijinan untuk melakukan penelitian ditempat yang
direncanakan.
c. Penyusunan pertanyaan untuk peneliti
Peneliti membuat daftar pertanyaan.
Penyusunan daftar pertanyaan ini guna sebagai bahan wawancara kepada subyek
penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Pelaksanaan pengumpulan data dan
analisis awal setelah melakukan prosedur perijinan. Selanjutnya diterapkan
metode observasi dan dokumentasi. Untuk menguatkan keabsahan data peneliti
melakukan wawancara dan hasilnya digunakan sebagai pembanding.
Peneliti melakukan triangulasi
data observasi dan wawancara. Jikan masih ada yang sekiranya tidak selaras akan
dilakukan penyelarasan, dengan cara mengecek ulang hasil data dan hasil
observasi melalui perbandingan data hasil observassi dan data wawancara
3. Tahap
Analisis Data
Langkah
ini merupakan langkah akhir, pada saat semua data yang diperlukan oleh peneliti
sudah terkumpul kemudian peneliti melakukan analisis untuk mengetahui hasil
dari penelitian yang sudah dilakukan. Dengan mempertimbangkan antara proses pelaksanaan dan perencanaan
dalam bidang yang diteliti untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang
dilakukan.